LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH IV

Bukan Sekadar Menara Gading, Kampus Konkret Solutif ke Masyarakat

Program Mahasiswa Berdampak dan Kosabangsa 2025 resmi disosialisasikan kepada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari berbagai perguruan tinggi di wilayah Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV, Kamis 19 Juni 2025 di Universitas Islam Bandung (Unisba) sebagai bagian dari penguatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Rektor Unisba, Edi Setiadi menegaskan pentingnya pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat. Ia berharap program ini membawa pencerahan bagi mahasiswa.

“Saya yakin, lewat program Mahasiswa Berdampak, para perguruan tinggi akan mengembangkan bidang penalaran bagi mahasiswanya,” ujar Edi. 

Ia juga menambahkan, program ini penting untuk membentuk karakter mahasiswa yang reflektif, berpikir kritis, dan mampu berkolaborasi dalam pengabdian.

“Civitas academica tidak hanya menjadi menara gading di kampusnya, tapi juga mampu menghadirkan dampak baik bagi masyarakat sebagai agen perubahan,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala LLDIKTI Wilayah IV, Lukman menjelaskan, pada tahun 2024 telah disalurkan dana hibah sebesar Rp97,2 miliar untuk penelitian di 187 perguruan tinggi, serta Rp12,7 miliar untuk program pengabdian masyarakat di 97 perguruan tinggi. Ia juga mencatat adanya peningkatan dalam jumlah penelitian Kosabangsa yang didanai. 

“Tahun 2023 ada 5 penelitian, dan tahun ini meningkat jadi sembilan. Kami berharap tahun 2025 bisa mencapai 20 hingga 30 penelitian atau lebih,” jelas Lukman.

Program Mahasiswa Berdampak, imbuh Lukman, juga diturunkan oleh LLDIKTI Wilayah IV dalam bentuk gerakan GRADASI (Gotong Royong Akademisi Bersinergi dan Berinovasi) di wilayah Jawa Barat dan Banten, dimulai dengan Episode Satu: Sampah Tuntas. Melalui program ini, mahasiswa didorong untuk aktif memilah, memilih, dan mengolah sampah menggunakan metode sederhana yang dapat diterapkan di kampus masing-masing.

“Setelah episode sampah tuntas ini selesai, kami akan lanjutkan ke program berikutnya, yaitu sirkular ekonomi. Mahasiswa dengan teknologi dan konsep sederhana bisa membantu perekonomian masyarakat berputar,” tuturnya.

Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dari Kemendiktisaintek, I Ketut Adnyana menyatakan, bimbingan teknis yang digelar kali ini bersifat tidak hanya teknis, tetapi juga strategis. Ia menyebutkan, pemerintah telah menyiapkan anggaran antara Rp30 miliar hingga Rp50 miliar, dengan setiap proposal akan mendapatkan pendanaan hingga Rp120 juta.

“Ini menjadi tantangan dan peluang bagi dosen pembimbing kemahasiswaan dan juga BEM. Saya bangga dengan mahasiswa yang berdemo, tapi saya lebih bangga jika mereka juga bisa menanggapi tantangan seperti ini secara positif,” ucap Ketut.

Ia juga menekankan, Kemendiktisaintek hadir sebagai stimulator agar kampus dan masyarakat dapat melanjutkan program ini secara mandiri. Ia berharap kolaborasi antara kampus dan masyarakat terus terjembatani dengan baik, dengan kualitas dan kuantitas proposal yang meningkat dari tahun ke tahun.

Program Mahasiswa Berdampak menjadi wadah strategis untuk menyatukan kekuatan akademisi, birokrasi, dan masyarakat dalam menciptakan perubahan sosial yang nyata dan berkelanjutan.

Share:

More Posts