LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH IV

Bukan Sekadar ‘PakPikPek’, Ini Seni Jadi Perempuan Produktif dan Bahagia

“Repetisi kebiasaan baik. Lakukan itu secara konsisten bersama dengan keluarga. Lakukanlah secara berulang dengan nada do re mi, jangan dimulai dengan fa sol la si do,” sambil bercanda, drg. Poppy Yunita, narasumber talkshow DWP LLDIKTI Wilayah IV menjelaskan cara menjadi perempuan yang produktif mulai dari hal sederhana.

Menurutnya, saat mencoba untuk menerapkan kebiasaan baik di keluarga, para ibu kerap menggunakan nada tinggi atau amarah jika tidak berjalan sesuai dengan rencana dan targetnya. Padahal, untuk menjadi perempuan yang produktif, bukan sekadar terlihat sibuk dengan banyaknya to do list yang terceklis, tapi harus menjalankan seni dalam berperan sebagai ibu, istri, dan wanita karir. 

Poppy menjelaskan, resep penting menjadi perempuan yang efektif dan produktif adalah rasa bahagia. Hal itu telah rutin ia terapkan sambil berperan menjadi ibu dari 12 anak, istri, dan wanita karir yang mengelola usaha dental klinik.

“Pilihan saya adalah menjadi ibu yang berbahagia. Saya bahagia dengan kehadiran anak, kehadiran teman-teman, itu adalah rezeki yang Allah berikan. Kemudian belajar mengelola emosi diri sendiri. Emosi bukan untuk ditutup, dihilangkan, atau ditahan. Namun, emosi itu ada untuk dikelola,” ujarnya.

Baginya, seorang perempuan terutama yang sudah memiliki peran sebagai ibu harus menyadari, jika ibu merupakan pusat emosi di keluarga. Jika ibu bahagia, maka sekeluarga bahagia, pun sebaliknya. Untuk mendapatkan suasana yang seperti itu, Poppy mengatakan, perlunya membersihkan ‘sampah’ dalam diri.

“Sampah itu berupa perasaan suudzon. Misal, saat kita kesal, yang diingat cuma kejelekan suami dan anak. Padahal, kalau kita lagi kesal, ingat saja kebaikannya. Kalau ingat sampahnya saja, pasti akan sumpek, dan malah menutupi kebaikan yang ada,” tuturnya.

Setelah menciptakan kebahagiaan, seorang perempuan bisa menyebarkan kebahagiaan itu kepada sekitar dan keluarganya. Kebahagiaan ini pun, ungkap Poppy, perlu didukung penuh oleh partner terdekat, yaitu suami. Berbagi peran dan meningkatkan kualitas komunikasi dengan suami, bisa menguatkan perempuan untuk menjadi lebih produktif dalam menjalankan peran-perannya.

“Kualitas komunikasi dengan suami juga harus diperhatikan. Level komunikasi dengan keluarga itu harus level maksimal. Sedetail mungkin komunikasinya jika kita ingin merepetisi kebaikan di keluarga,” ucapnya.

“Jangan sampai menimbulkan luka pada anak. Ambil hati anak-anak. Berikan lima baterai kasih sayang yaitu pujian, sentuhan, waktu berkualitas, pelayanan, dan hadiah. Sertakan niatnya karena Allah,” imbuh Poppy.

Ia melanjutkan, setelah selesai dengan dirinya, mengupayakan kebaikan-kebaikan dalam keluarganya, maka perempuan bisa memilah skala prioritas. Mana yang utama dan mendesak, mana yang penting tapi tidak terlalu mendesak, dan mana yang bisa dikerjakan belakangan.

“Saya dulu menikah muda tanpa pacaran. Meniti perjuangan mulai dari nol. Berjualan kerudung karena bakat, bakat ku butuh (karena kebutuhan). Meski penuh tantangan, tapi kunci untuk tetap tenang menghadapi semuanya adalah dekat dengan Alquran. Ini jadi skala prioritas saya. Kemudian, setelah itu awali dengan bersedekah,” ungkapnya.

Banyak inspirasi kebaikan yang diperoleh para peserta melalui talkshow bertema Build Habits for Being Highly Effective Woman yang diselenggarakan DWP LLDIKTI Wilayah IV. Penasihat DWP Kemendiktisaintek, Levy Olivia Nur Brian Yuliarto menyampaikan, bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, para perempuan kembali diingatkan mengenai betapa pentingnya kemajuan seorang perempuan bukan hanya bakat dan kesempatan, tapi juga kebiasaan positif yang dibangun secara konsisten. 

“Meski sederhana, tapi ia adalah fondasi dalam pencapaian besar. Bukan hanya sekadar sibuk, tapi perempuan mampu mengelola energi, sumber daya dengan bijak, punya tujuan yang jelas, mengutamakan hal esensial berusaha memahami sebelum dipahami, sinergi dengan orang lain, dan senantiasa mengasah diri,” papar Levy.

Ia menambahkan, para perempuan juga perlu menjaga kesehatan fisik dan mental agar menjadi perempuan yang bisa lebih efektif. Sebab, perempuan yang berdaya dan efektif adalah yang mampu turut serta memberdayakan bangsa Indonesia.

“Perempuan pilar penting dari suatu keluarga, komunitas dan negara. Kalau ibu sakit, sedih, itu akan berdampak pada keluarga dan sekitar kita, maka kita harus pandai mengatur segala rasa. Semoga semangat Kartini terus membara dalam diri kita masing-masing,” lanjutnya.

Serupa dengan Levy, Ketua DWP LLDIKTI Wilayah IV, Yana Irawati Lukman juga berpendapat, sebagai momentum memperingati Hari Kartini yang penuh makna, diharapkan perempuan terus melanjutkan semangat untuk membangun kebiasaan positif dan aktif produktif, bermakna bagi keluarga dan bangsa.

“Bisa seimbang dengan mengurus keluarga dan bisa menjalankan passion. Semoga talkshow ini bukan hanya memperkaya wawasan, tapi juga pemicu membangun kebiasaan baik dalam keseharian. Jika konsisten, maka kita bisa membawa perubahan besar, baik yang berkarir di dalam rumah atau di luar rumah,” kata Yana.

Menutup kegiatan talkshow, para peserta saling berdiskusi dan berbagi cerita.

Share:

More Posts