LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH IV

Langkah Kecil untuk Perubahan Besar, LLDIKTI IV Komitmen Kelola Sampah

Hampir separuh hari dihabiskan di kantor menjadikan para pegawai LLDIKTI Wilayah IV berkomitmen untuk memilah sampah tak hanya di rumah, tapi juga tempat kerja. Untuk menunjang ilmu dan praktik pengelolaan sampah, LLDIKTI Wilayah IV menggelar Sosialisasi Pengelolaan Sampah, Jumat 24 Januari 2025 di Aula LLDIKTI Wilayah IV.

Plh. Kepala Bagian Umum LLDIKTI Wilayah IV, Gina Indriani menyampaikan, setiap individu merupakan produsen sampah sebab di setiap kegiatan sehari-hari mulai dari makan sampai kegiatan kebersihan pun yang dihasilkan adalah sampah.

“Namun, tanpa kita sadari yang kita inginkan itu hanya rumah, baju, dan perut kita saja yang bersih tanpa mempedulikan sampah kita itu ujungnya ke mana. Padahal, beberapa waktu lalu Pemerintah Kota Bandung telah mengeluarkan kebijakan ‘Tidak dipilah, tidak diangkut’ karena di TPA Sarimukti sudah sangat overload,” ujar Gina.

Maka dari itu, menurutnya persoalan sampah tak hanya diserahkan ke pemerintah, tapi semua pihak harus mulai peduli, dimulai dari diri sendiri untuk belajar cara mengolah sampah. Terutama di ajaran Islam, pada fikih bab pertama selalu menjelaskan mengenai thaharah atau bersuci.

“Dalam ajaran umat muslim, kebersihan itu sebagian dari iman. Ini menunjukkan betapa pentingnya kebersihan. Maka, untuk bisa melaksanakan itu semua tentu butuh ilmu dari ahlinya,” kata Gina.

Sehingga ia berharap, melalui kegiatan sosialisasi ini lingkungan kantor LLDIKTI Wilayah IV ke depan bisa menjadi kawasan bebas sampah atau zero waste.

“Apalagi keseharian kita itu di kantor. Sudah berapa banyak sampah yang dihasilkan? Apalagi tren memesan makanan via online membuat sampah kemasan makanan jadi semakin banyak,” ungkapnya. 

Menanggapi hal tersebut, narasumber kegiatan ini, Ketua Forum Bank Sampah Jawa Barat, Mohamad Satori menjelaskan, banyak hal yang perlu diperhatikan saat ingin memilah sampah, salah satunya jenis atau tipe sampah yang akan diolah.

“Istilah-istilah dalam pemilahan sampah cukup beragam. Ada yang membaginya menjadi sampah kering dan basah. Ada pula yang membaginya sampah organik, anorganik, dan residu. Serta ada pula tipe recycle, unrecycle, reuse, unreuse, reduce, dan unreduce,” jelas Satori.

Namun, untuk memudahkan para pemilah sampah pemula, cukup dengan membagi sampah menjadi tiga jenis, yakni organik, anorganik, dan residu. Sebagai pegiat lingkungan, Satori juga mengajarkan langsung kepada siapapun yang ingin belajar cara mengolah sampah melalui saung edukasi miliknya.

“Setelah terbiasa memilah, maka kita bisa meningkatkan kepedulian menjadi mengolah. Saya telah memodifikasi beberapa metode pengolahan sampah, salah satunya dari metode Takakura, diubah menggunakan empat busa yang saya beri nama Takatori,” paparnya.

Metode pengolahan sampah organik lainnya bisa menggunakan metode biopori dengan cara mengebor tanah untuk dijadikan media kompos. Biopori memiliki beberapa fungsi, mulai dari kompos hingga sebagai peresapan air tanah.

“Biopori ini memang butuh lahan tanah. Fungsinya untuk mengolah sampah organik, seperti kepala ikan misalnya. Nangti dicampur daun-daun kering dan ditaburi tanah kering. Fungsi lainnya sebagai media peresapan air. Pastikan yang masuk itu air hujan ya. Sehingga dengan begitu kita juga turut berperan menambah volume air tanah,” imbuh Satori.

Ia juga menyebutkan metode pengolahan sampah lainnya seperti Loseda (lodong sesa dapur), Kang Empos (karung, ember, kompos), bata terawang, dan magot. Sedangkan untuk sampah anorganik bisa dipilah sesuai dengan jenisnya dan diberikan ke Bank Sampah.

“Tipe sampah anorganik juga beragam, sangat menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Kalau di lingkungan rumahnya belum ada Bank Sampah, kita bisa sedekahkan ke pemulung yang lewat,” tuturnya.

Dalam sosialisasi ini, Satori juga membawa sejumlah kerajinan tangan hasil pengolahan sampah anorganik seperti limbah bungkus kopi, sedotan, dan bekas koran. Sampah-sampah tersebut disulap oleh kelompok ibu-ibu binaan Satori menjadi hasil karya yang memiliki nilai ekonomi.

Share:

More Posts